RSS
Hello! welcome to my simple blog, enjoy and calm your heart by reading my blog.

sisi lain 1


              Diam semuanya! suara lantang itu terdengar lagi ketika sholat maghrib akan dimulai. lagi-lagi kemarahannya meluap bak air sungai yang sudah tak kuasa menampung air bah, kemarahan yang diluapkan karena rasa sayangnya kepada anak-anak didiknya, kemarahan yang didasari rasa takut kalau-kalau anak didiknya lupa dari mengingat Allah karena tipu daya syaitan yang begitu dahsyatnya. seketika itu juga suasana menjadi hening, mungkin mereka takut kalau-kalau si ustadz akan menghukum mereka, atau bisa jadi mereka sadar bahwa mereka memang harus tenang karena mereka akan menghadap kepada sang pencipta.    
             raka'at demi raka'at mereka kerjakan dengan mengikuti Imam sholat, sampai akhirnya mereka selesai mengerjakan sholat maghrib. tepat seperti yang sudah mereka perkirakan, si ustadz berdiri di hadapan mereka dan mulai berbicara, sebagian dari mereka berbisik-bisik seolah-olah saling menyalahkan atas apa yang telah mereka perbuat, tapi sebagian dari mereka duduk biasa-biasa saja karena bagi mereka hal ini sudah biasa terjadi. si ustadz menarik nafas panjang sebelum akhirnya ia mengucapkan salam. si ustadz mencoba untuk berbicara tenang tanpa ada nada marah, keadaan semakin terasa sunyi karena di samping suaranya yang dibuat setenang mungkin dan ditambah keheningan para santri yang terjadi karena ketakutan mereka akan kemarahan si ustadz. si ustadz mulai bicara dengan bertasbih dan bersholawat atas nabi, dia berusaha mengambil langkah bijak agar ketakutan santrinya berubah menjadi kesadaran bahwa mereka salah sehingga mereka harus berubah.
            dia mulai mengingatkan para santrinya bahwa yang berhak untuk ditakuti adalah Allah, ia mencoba membawa santrinya untuk merenungi betapa dahsyatnya murka Allah terhadap orang yang durhaka terhadapnya, ia berkata "tidakkah kalian membayangkan betapa mengerikannya murka Allah ketika Allah marah. mudah saja untuk membayangkannya, apakah kalian takut akan kemarahanku tadi???", belum sempat santrinya menjawab dia langsung melanjutkan " kemarahan hamba Allah saja kalian sudah ketakutan minta ampun, bayagkan bagaimanakah bentuk dari murka Allah yang telah menciptakan kita?", para santri mulai melihat satu sama lain. belum sempat mereka kebingungan, si ustadz mulai lagi bicaranya "begitu pula seharusnya kita terhadap nikmat yang telah Allah berikan, bayangkan saja ketika kalian telah diberi hadiah oleh seseorang, maka kalian akan berterima kasih padanya. tapi kenapa terkadang kalian lupa untuk bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan, padahal nikmatnya begitu besar dan jauh lebih baik". para santri lagi-lagi menoleh satu sama lain, di wajah mereka mulai nampak merasa menyesal atas apa yang mereka perbuat, mereka mulai sadar bahwa perbuatan mereka adalah salah karena yang telah mereka remehkan adalah sang Kholiq bukan makhluq.
            mungkin ada satu perkataan si ustadz yang akan diingat oleh para santrinya, yaitu "bersyukurlah kalian ketika masih ada ustadz yang mau mengingatkan kalian, karena itu pertanda bahwa dia masih menyayangi kalian". kejadian itu sering dialami oleh si ustadz, dia tidak mengeluh akan hal itu, karena dia yakin bahwa kenakalan santrinya adalah kenakalan anak-anak yang masih bisa dirubah asal mereka selalu dibimbing. ustadz itu bertekad bahwa dia tidak akan melepas tangan anaknya meski anak didiknya sudah menyakiti hatinya, meski anak didiknya telah merusak kepercayaan yang telah dia pupuk terhadap mereka, hanya satu kalimat yang ada di benak si ustadz, "khoirukum man ta'allama al-qur'an wa 'allamahu" dengan semangat ini dia yakin bahwa mengajar adalah pekerjaan yang paling mulia, dan dia juga yakin bahwa yang dia lakukan sesuai dengan tujuan dari risalah nabi yaitu: untuk menyempurnakan akhlak.
            dalam do'anya dia selalu berdo'a "ya Allah, jadikanlah diri kami pribadi yang baik-baik, jadikanlah santri kami santri yang baik-baik, jadikanlah wali santri kami wali santri yang baik-baik, jadikanlah guru kami guru-guru yang baik-baik". doa ini pernah dia dapatkan dari gurunya dulu. sekarang dia berharap agar santrinya pun berdo'a seperti ini, karena dia yakin, do'a ssepuluh anak lebih baik dari do'anya sendiri, dan do'a banyak anak lebih baik dari do'a beberapa anak.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Sastra Bebas. All rights reserved.
Free WordPress Themes Presented by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy