Tit……..680x!hp-nya berbunyi sebagai pertanda adanya pesan yang
masuk . pesan itu
berbunyi “diharap berkumpul seluruh ustadz/ustadzah di pondok putra setelah
ashar tepat”. Ketika itu dia sedang berada di luar pondok yang membuat dia
harus segera pulang untuk mengikuti perkumpulan itu karena pada saat itu si
waktu sudah menunjukkan waktu menjelang ashar.
Saat itu baru saja selesai sholat ashar ketika
ia sampai di pondok tempat dia mengajar. Dia segera kumpul setelah sebelumnya
dia sholat munfaridan di asramanya. Sebenarnya dia, bahkan seluruh ustadz yang
berkumpul sudah tahu ke mana arah pembicaraan pada rapat kali ini, semua orang
tahu bahwa rapat itu untuk membahas beberapa anak yang bermasalah. Saat itu
rapat berjalan alot dan banyak terjadi perbedaan pendapat antara satu dengan
yang lainnya. Tetapi semua sadar apa yang mereka lakukan tidak lain hanya demi
kebaikan para santrinya, kebaikan para gurunya, dan tentunya demi kebaikan
pondok.
Sebenarnya ada hal lain yang ketika itu
dirasakan oleh ustadz EL. Betapa ia merasa terpukul dengan adanya kejadian ini.
Selama ini dia selalu merasa bahwa apa yang dia lakukan sudah maksimal yang
mampu dia lakukan, selama ini dia merasa sok tahu akan
permasalahan-permasalahan santrinya, selama ini dia sudah merasa dekat dengan
para santrinya. Haha, akhirnya kejadian ini telah memberikannya pelajaran baru,
kejadian ini menjadi tamparan tersendiri baginya, terlebih lagi ketika Direktur
berkata”kejadian ini bukan semata-mata kesalahan anak”. PLAK, tamparan
itu terasa menghampirinya secara bertubi-tubi. Dia sadar betul bahwa ternyata
selama ini dia belum mampu merangkul semua anak didiknya, dia faham bahwa yang
dilakukannya selama ini belum ada apa-apanya. Dia tidak perlu mendengar kata
yang menyalahkannya untuk mengingatkannya bahwa perkiraannya selama ini adalah
salah. Kejadian ini dia rasa sudah cukup untuk menjadi bahan introspeksi
baginya. Untuk menebus sedikit kesalahannya selama ini, dalam rapat itu dia
mengajukan sebuah model hukuman untuk menjadi bahan perbaikan diri, baik bagi
anak didiknya sendiri dan khususnya untuk dirinya sendiri, hukuman itu berupa
menjadikan para pelanggar sebagai pioner terdepan dalam hal ibadah.
Hari itu tepat dua hari sebelum masa liburan
santri dimulai (tgl 17-01-2010). Ada rasa lega dalam diri ustadz EL atas
kebijakan yang telah dirumuskan bagi mereka yang melanggar disiplin.kelegaan
itu dia rasakan karena kebijakan yang telah dirumuskan ia yakini bisa menjadi
sarana untuk membuat dia, anak didiknya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Hari bergani
hari, hingga tahun pun tak mau ketinggalan untuk berganti. Anak-anak tiba di
pondok dengan wajah-wajah baru yang memancarkan rasa rindu untuk menjalankan
disiplin yang ada di pondok, baik suka maupun duka. Dari wajah mereka tampak
betapa mereka merindukan antrian makan, antrian mandi dan antrian-antrian
lainnya. Adapun ustadz EL dan lainnya, mereka mulai merumuskan disiplin baru
untuk dijadikan panduan para santrinya dalam bertindak. Disiplin itu dibuat
mulai dari hal-hal yang paling kecil, sampai hal-hal yang besar, bahkan mungkin
tidak masuk akal, mungkin!
0 komentar:
Posting Komentar