RSS
Hello! welcome to my simple blog, enjoy and calm your heart by reading my blog.

Kunci Bahagia



Selalu ada dua kutub yang berlawanan di dunia ini, yaitu kutub utara dan kutub selatan, dengan kata lain selalu ada dua hal yang berlawanan. Maka ketika ada kebaikan akan ada juga kejahatan, ada cinta akan ada juga benci, ada bahagia maka akan ada juga sengsara dan masih banyak lagi keberlawanan yang lain.
Biasanya seseorang bisa merasakan bahagia ketika dirinya dipenuhi dengan rasa cinta, baik itu cinta kepada Allah maupun cinta terhadap sesama dan lainnya selama cinta itu tidak melebihi kecintaan kita terhadap Allah. Adapun cara untuk merasakan cinta adalah dengan menghilangkan rasa benci dari hati kita. Benci biasanya menjadi kunci seseorang apakah dia akan hidup bahagia atau tidak. So jangan pernah kamu merasa benci terhadap seseorang agar kamu tidak merasa dibenci oleh orang lain. Sama seperti sabda rasul yang berbunyi “hormatilah orang lain maka kamu akan dihormati”, dengan mengambil analogi terbalik kita bisa mengatakan, “janganlah kamu membenci orang lain maka kamu tidak akan dibenci”.
Terlepas dari itu semua, ada satu hal penting yang harus kita ingat selalu dalam kehidupan kita kapanpun dan di manapun juga, yaitu “makna IKHLAS”. Kata inilah yang nantinya yang benar-benar menjadi kunci kebahagiaan, kata yang pengucapannya sangat mudah sekali tapi mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari amatlah sulit bin so’bun bin difficult bin capeks dech.kata yang bisa membimbing kita untuk mencapai  kebahagiaan dunia yang fana ini dan kebahagiaan akhirat yang kekal pastinya.

SMILE



SENYUM DUNK!
          Heran, saat itu dia merasa heran dengan dirinya sendiri, dia heran akan ketenangan dirinya dalam menghadapi berbagai hal. Berawal dari tragedy jum’at siang yang telah membuatnya kehilangan sebuah wireless dan nominal uang. Dia tidak sadar betapa kata ikhlas yang biasa dia sugestikan kepada dirinya benar-benar bekerja pada dirinya. Dalam hatinya dia hanya berkata”saya akan berusaha menemukan kembali uang itu, tapi seandainya saya tidak menemukannya, berarti semua itu sudah menjadi kehendak Allah”. Dia hanya yakin bahwa dibalik semua kejadian yang menimpanya ada rencana dari yang Maha Kuasa yang lebih baik yang telah disiapkan untuk dirinya.
Ada beberapa usaha yang telah dilakukannya untuk menemukan kembali uangnya, dari mencoba melihat kemungkinan peluang yang dimiliki pembobol, sampai mencari di beberapa titik rawan pencuri(hehe). Dia mencoba menganalisa ala Detektif Conan, atau melihat code-code ala film dan novel rilisan dan brown, dan berbagai film action yang pernah dia tonton. Dan tak ketinggalan dia mencoba untuk menghayati kejadian ini ala film india(lebay dech). Tapi sayang semua yang coba dia lakukan belum bisa membuahkan hasil. Dalam candanya dia berkata”ternyata membuat film yang penuh dengan teka-teki itu tidak semudah ketika kita melihat filmnya”.

Senyum dunk! Itulah bisikan yang selalu dia dengar dari lubuk hatinya yang paling dalam, senyum dunk! Kan itu Cuma masalah kecil, masa baru diberi sedikit cobaan saja kamu tidak mampu menghadapinya, senyum dunk! Musibah itu kan sebagai penghapus dosa, jadi paling tidak dosamu sudah berkurang, senyum dunk! Siapa tau kejadian ini malah menjadi batu loncatan bagi kamu untuk menggapai kesuksesan.
SENYUM YACH!!!

Sadarlah!



Tit……..680x!hp-nya berbunyi sebagai pertanda adanya pesan yang masuk . pesan itu berbunyi “diharap berkumpul seluruh ustadz/ustadzah di pondok putra setelah ashar tepat”. Ketika itu dia sedang berada di luar pondok yang membuat dia harus segera pulang untuk mengikuti perkumpulan itu karena pada saat itu si waktu sudah menunjukkan waktu menjelang ashar.
Saat itu baru saja selesai sholat ashar ketika ia sampai di pondok tempat dia mengajar. Dia segera kumpul setelah sebelumnya dia sholat munfaridan di asramanya. Sebenarnya dia, bahkan seluruh ustadz yang berkumpul sudah tahu ke mana arah pembicaraan pada rapat kali ini, semua orang tahu bahwa rapat itu untuk membahas beberapa anak yang bermasalah. Saat itu rapat berjalan alot dan banyak terjadi perbedaan pendapat antara satu dengan yang lainnya. Tetapi semua sadar apa yang mereka lakukan tidak lain hanya demi kebaikan para santrinya, kebaikan para gurunya, dan tentunya demi kebaikan pondok.
Sebenarnya ada hal lain yang ketika itu dirasakan oleh ustadz EL. Betapa ia merasa terpukul dengan adanya kejadian ini. Selama ini dia selalu merasa bahwa apa yang dia lakukan sudah maksimal yang mampu dia lakukan, selama ini dia merasa sok tahu akan permasalahan-permasalahan santrinya, selama ini dia sudah merasa dekat dengan para santrinya. Haha, akhirnya kejadian ini telah memberikannya pelajaran baru, kejadian ini menjadi tamparan tersendiri baginya, terlebih lagi ketika Direktur berkata”kejadian ini bukan semata-mata kesalahan anak”. PLAK, tamparan itu terasa menghampirinya secara bertubi-tubi. Dia sadar betul bahwa ternyata selama ini dia belum mampu merangkul semua anak didiknya, dia faham bahwa yang dilakukannya selama ini belum ada apa-apanya. Dia tidak perlu mendengar kata yang menyalahkannya untuk mengingatkannya bahwa perkiraannya selama ini adalah salah. Kejadian ini dia rasa sudah cukup untuk menjadi bahan introspeksi baginya. Untuk menebus sedikit kesalahannya selama ini, dalam rapat itu dia mengajukan sebuah model hukuman untuk menjadi bahan perbaikan diri, baik bagi anak didiknya sendiri dan khususnya untuk dirinya sendiri, hukuman itu berupa menjadikan para pelanggar sebagai pioner terdepan dalam hal ibadah.
Hari itu tepat dua hari sebelum masa liburan santri dimulai (tgl 17-01-2010). Ada rasa lega dalam diri ustadz EL atas kebijakan yang telah dirumuskan bagi mereka yang melanggar disiplin.kelegaan itu dia rasakan karena kebijakan yang telah dirumuskan ia yakini bisa menjadi sarana untuk membuat dia, anak didiknya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
 Hari bergani hari, hingga tahun pun tak mau ketinggalan untuk berganti. Anak-anak tiba di pondok dengan wajah-wajah baru yang memancarkan rasa rindu untuk menjalankan disiplin yang ada di pondok, baik suka maupun duka. Dari wajah mereka tampak betapa mereka merindukan antrian makan, antrian mandi dan antrian-antrian lainnya. Adapun ustadz EL dan lainnya, mereka mulai merumuskan disiplin baru untuk dijadikan panduan para santrinya dalam bertindak. Disiplin itu dibuat mulai dari hal-hal yang paling kecil, sampai hal-hal yang besar, bahkan mungkin tidak masuk akal, mungkin!

sisi lain 1


              Diam semuanya! suara lantang itu terdengar lagi ketika sholat maghrib akan dimulai. lagi-lagi kemarahannya meluap bak air sungai yang sudah tak kuasa menampung air bah, kemarahan yang diluapkan karena rasa sayangnya kepada anak-anak didiknya, kemarahan yang didasari rasa takut kalau-kalau anak didiknya lupa dari mengingat Allah karena tipu daya syaitan yang begitu dahsyatnya. seketika itu juga suasana menjadi hening, mungkin mereka takut kalau-kalau si ustadz akan menghukum mereka, atau bisa jadi mereka sadar bahwa mereka memang harus tenang karena mereka akan menghadap kepada sang pencipta.    
             raka'at demi raka'at mereka kerjakan dengan mengikuti Imam sholat, sampai akhirnya mereka selesai mengerjakan sholat maghrib. tepat seperti yang sudah mereka perkirakan, si ustadz berdiri di hadapan mereka dan mulai berbicara, sebagian dari mereka berbisik-bisik seolah-olah saling menyalahkan atas apa yang telah mereka perbuat, tapi sebagian dari mereka duduk biasa-biasa saja karena bagi mereka hal ini sudah biasa terjadi. si ustadz menarik nafas panjang sebelum akhirnya ia mengucapkan salam. si ustadz mencoba untuk berbicara tenang tanpa ada nada marah, keadaan semakin terasa sunyi karena di samping suaranya yang dibuat setenang mungkin dan ditambah keheningan para santri yang terjadi karena ketakutan mereka akan kemarahan si ustadz. si ustadz mulai bicara dengan bertasbih dan bersholawat atas nabi, dia berusaha mengambil langkah bijak agar ketakutan santrinya berubah menjadi kesadaran bahwa mereka salah sehingga mereka harus berubah.
            dia mulai mengingatkan para santrinya bahwa yang berhak untuk ditakuti adalah Allah, ia mencoba membawa santrinya untuk merenungi betapa dahsyatnya murka Allah terhadap orang yang durhaka terhadapnya, ia berkata "tidakkah kalian membayangkan betapa mengerikannya murka Allah ketika Allah marah. mudah saja untuk membayangkannya, apakah kalian takut akan kemarahanku tadi???", belum sempat santrinya menjawab dia langsung melanjutkan " kemarahan hamba Allah saja kalian sudah ketakutan minta ampun, bayagkan bagaimanakah bentuk dari murka Allah yang telah menciptakan kita?", para santri mulai melihat satu sama lain. belum sempat mereka kebingungan, si ustadz mulai lagi bicaranya "begitu pula seharusnya kita terhadap nikmat yang telah Allah berikan, bayangkan saja ketika kalian telah diberi hadiah oleh seseorang, maka kalian akan berterima kasih padanya. tapi kenapa terkadang kalian lupa untuk bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan, padahal nikmatnya begitu besar dan jauh lebih baik". para santri lagi-lagi menoleh satu sama lain, di wajah mereka mulai nampak merasa menyesal atas apa yang mereka perbuat, mereka mulai sadar bahwa perbuatan mereka adalah salah karena yang telah mereka remehkan adalah sang Kholiq bukan makhluq.
            mungkin ada satu perkataan si ustadz yang akan diingat oleh para santrinya, yaitu "bersyukurlah kalian ketika masih ada ustadz yang mau mengingatkan kalian, karena itu pertanda bahwa dia masih menyayangi kalian". kejadian itu sering dialami oleh si ustadz, dia tidak mengeluh akan hal itu, karena dia yakin bahwa kenakalan santrinya adalah kenakalan anak-anak yang masih bisa dirubah asal mereka selalu dibimbing. ustadz itu bertekad bahwa dia tidak akan melepas tangan anaknya meski anak didiknya sudah menyakiti hatinya, meski anak didiknya telah merusak kepercayaan yang telah dia pupuk terhadap mereka, hanya satu kalimat yang ada di benak si ustadz, "khoirukum man ta'allama al-qur'an wa 'allamahu" dengan semangat ini dia yakin bahwa mengajar adalah pekerjaan yang paling mulia, dan dia juga yakin bahwa yang dia lakukan sesuai dengan tujuan dari risalah nabi yaitu: untuk menyempurnakan akhlak.
            dalam do'anya dia selalu berdo'a "ya Allah, jadikanlah diri kami pribadi yang baik-baik, jadikanlah santri kami santri yang baik-baik, jadikanlah wali santri kami wali santri yang baik-baik, jadikanlah guru kami guru-guru yang baik-baik". doa ini pernah dia dapatkan dari gurunya dulu. sekarang dia berharap agar santrinya pun berdo'a seperti ini, karena dia yakin, do'a ssepuluh anak lebih baik dari do'anya sendiri, dan do'a banyak anak lebih baik dari do'a beberapa anak.
 
Copyright 2009 Sastra Bebas. All rights reserved.
Free WordPress Themes Presented by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy